Dulu, Kang Haji pernah mengeluh kepada ibu. Mengeluh tentang
suatu kejadian yang Kang Haji alami sewaktu disekolah. Dimana pemahaman Kang Haji akan kehidupan terlampau sempit sehingga memberi
luka yang tak mampu Kang Haji simpan sendiri; yang kala itu usia Kang Haji
masih belia. Sambil mengiris bawang dan bumbu-bumbu lain didapur, ibu
mendengarkan semua keluh kesah Kang Haji. Dan pada irisan terakhir, ia
menghentikan aktifitasnya.
Ibu mengiringku ke kursi disebelah meja makan yang sekaligus
juga meja untuk menerima tamu dan ruang keluarga, karena memang rumah orang tua Kang Haji dulu tak
begitu banyak mempunyai ruang. Kini pun tetap begitu. Setelah duduk, ibu
memelukku dan berkata;
“Haji, anakku…”
“Tidak semua orang itu baik. Kelak. Setelah dewasa nanti, kamu pasti akan mengerti apa yang ibu ucapkan ini. Kamu akan mengerti jika ucapan ibu ini bukan cuma isapan jempol belaka. Jangan jauh-jauh, buktikan saja ketika nanti kamu naik kereta atau naik bis, ketika disana ada wanita hamil atau seorang ibu yang menggendong anak yang masih balita, berapa banyak perempuan atau laki-laki yang masih segar bugar yang rela memberikan tempat duduk kepada mereka. “
“Mungkin mereka pura-pura tertidur atau mungkin juga benar-benar tidur.Tapi masa iya seluruh penumpang tertidur, pasti sebagian ada yang terbangun, setidaknya supir/masinis atau kondektur angkutan tersebut. Betul bukan ? Bisa dibayangkan kalau supir/masinisnya ikutan tidur, mungkin disaat terbangun ia dan para penumpangnya sudah berada di dunia lain.”
“Betul coba saja. Mungkin hanya satu dua orang yang merelakan tempat duduknya. Kenapa ? Karena sebelumnya mereka juga berebut untuk mendapatkan tempat duduk. Kadang mereka mengesampingkan pikirannya, bahwa bisa saja suatu hari nanti nasib yang sama menimpa istri, anak atau orang tercintanya dan bukan tidak mungkin dirinya sendiri. Siapa yang tahu ? Tuhan Maha Berkehendak.”
“Pada zamanmu nanti, kau akan lebih kesulitan menemukan orang yang dengan sukarela memberikanmu pertolongan. Pada zaman ibu saja, orang sudah dibekali insting kecurigaan yang sangat besar pada dirinya terhadap orang lain, sehingga ketika ada orang yang benar-benar membutuhkan pertolongan, insting kecurigaan itu menghalanginya.”
“Tapi kamu jangan salahkan orang yang berpikiran semacam ini, karena kita sendiri yang merusaknya. Ada orang yang memang jahat seperti itu dan itulah yang merusak seluruh citra kemanusiaan. Sehingga mungkin saja disuatu saat nanti ada zaman dimana orang tak sudi membantu orang lainnya, bahkan mungkin mereka lebih sudi untuk saling memakan satu sama lain.”
“Ibu juga tidak tahu apa yang merusak moral orang-orang hingga bejat seperti itu, padahal peng-khotbah banyak, politisi banyak, polisi banyak, guru banyak, ustad banyak, kiyai juga banyak, presiden pun ada. Semua mengaku menganut agama, namun sayang itu hanya pengakuan saja !!!“
“Ibu berharap kau banyak belajar dalam kehidupan ini. Harus pandai memilah mana yang baik dan mana yang tidak. Ibu tak mungkin selamanya mendampingi tuk membimbingmu. Ada masanya kau harus belajar sendiri. Beranilah !!! Ibu tak mau kau menjadi anak laki-laki yang lemah.”
Kang Haji tak begitu mengerti akan perkataan ibu waktu itu. Kang Haji lebih terbuai dengan kehangatan yang ibu berikan melalui pelukannya seakan
mengaburkan semua kegundahan menjadi ketenangan. Namun kini, di akhir tahun
ini, ketika kang Haji kembali ingat akan ucapannya barulah Kang Haji sadar
bahwa semua yang dulu ibu katakan itu benar.
Terima Kasih, Ibu..... :) :) :)
Nasehat yang sangat bagus dari seorang ibu, terima kasih...
BalasHapusKang Haji yakin semua ibu pasti memberi nasehat yang baik buat anak-anaknya,,,,
Hapusjaman sudah jauh berubah...makin buruk atau baikkah? tergantung kita2nya juga ya...
BalasHapusBener banget, baik dan buruk tergantung kita yang menjalaninya.
HapusTapi kita harus bisa mengikuti jaman, kalo pribahasa sunda bilang; "Lamun hirup teh kudu ngindung ka waktu, mi bapa ka jaman".
Nama kang haji dari kecil "Haji" ya ... *garukgarukkepala* ok abaikan ...
BalasHapuspesan anu kalintang sae na !!!!!
Hahaha,,,
HapusKang Haji gak abaikan semua pertanyaan. Haji itu hanya nama maya aja.
Kang Haji yakin sadayana indung mah moal masihan nu awon ka murangkalihna, boh dina papatah atanapi sagala rupina.
Terima kasih buat kawan-kawan maya semaunya yang sudi singgah dan tak lupa pula terima kasih banyak atas apresiasi yang telah diberikan.
BalasHapusTerima kasih,,,terima kaih,,,terima kasih,,,,,,,
Subhanallah,,
BalasHapuspesan anu bener" sae,,,
"bukti cinta,kasih sayang anu kalintang tullus ti pun ibu"
Tangtos sadayana ibu mah pasti masihan nu sae kanggo sadaya murangkalihna.... :)
HapusHatur nuhun parantos kersa sumping, Kang ! :)
Hapus