Total Tayangan Halaman

Siapa yang bisa memegang janji-janji mereka?


Salah satu peluang para kandidat—Capres dan Cawapres pada Pilpres 2014—agar bisa menang, terletak pada momen kampanye, selain pula “aksi gerilya” kasak-kusuk para tim suksesi yang sudah jauh-jauh hari di lakukan sebelum masa kampanye berlangsung ataupun setelah masa kampanye usai.

Dalam momen kampanye inilah para kandidat, beserta rengrengan partai pendukungnya, secara sah bisa memperkenalkan visi misinya kepada publik berikut diizinkan mempengaruhi, menarik perhatian bahkan sampai “membius” hati masyarakat—misalnya, dengan membagikan sembako gratis, kaos yang bergambar kandidat tertentu, nyanyi dan joget bareng—agar memilihnya.

Sudah barang tentu aksi kampanye yang dilakukan oleh pada kandidat itu mesti dalam koridor norma dan aturan yang telah ditetapkan sebelumnya, kendati banyak disesalkan karena kampanye yang dilakukan kurang memiliki nilai edukasi politik terhadap masyarakat awam dan terkesan banal (dangkal) yang hanya berorientasi pada kemenangan sesaat.

Setelah idul fitri, tak lagi.....


Mungkin judul tulisan ini tak akan semeng-gelegar, semeng-geleggak dan seheboh judul bukunya mas Goen “Setelah Revolusi Tak Ada Lagi"

Karena memang tulisan ini hanya sebuah refleksi. Sebatas refleksi! Maunya sih ditambah religius jadi refleksi religius tapi rasanya Kang Haji tidak lihai dalam mengutip dan menempatkan ayat al Qur'an.

Kang Haji sengaja tidak menyertakan kutipan ayat secara langsung sebab Kang Haji merasa tidak memiliki kompetensi dalam hal menafsir al qur'an secara akademis. Selanjutnya, adalah agar tulisan ini tidak serta merta berubah menjadi sebuah karya tafsir yang rigid, kaku dan terkesan mengutuk-ngutuk; ini halal dan itu haram! Kan jadi serem juga. Iya gak? Hehehe….

Kedua agar kita, eh maksudnya Kang Haji pribadi, bebas dengan liar terbang menerawang menghayati sisi kemanusiaan tanpa mesti terkekang oleh katup disiplin ketat ilmu kalam. Setidaknya dengan beberapa alasan yang Kang Haji telah sebutkan di awal, tulisan ini menjadi bebas metodologi tetapi bukan berarti tanpa. Kadang memakai kacamata hitam, dan dengan mudah di tengah jalan kaca mata hitam itu dilepas untuk kemudian diganti dengan kacamata riben. Karena metodologi, teori dan konsep apapun itu namanya tidak sakral dan kikuk dalam pemakaiannya.

Sekali lagi tulisan ini hanya sebuah upaya untuk mencari yang dibalik hidup. Ok?! Mari kita mulai!

* * * * *

" Selamat Ulang Tahun, Untuk Diriku Sendiri "



Ada senja yang nyaris dijadikan berhala oleh para pujangga, ada Tuhan yang selalu saja di sangsikan keberadaan-Nya, ada dosa menumpuk yang tidak terlihat dipelupuk mata, ada surga yang tak bisa lagi dirasakan keindahannya, ada dunia yang berubah menjadi neraka, ada manusia yang lebih mementingkan soal merangkai kata ketimbang Sholat dan Puasa, ada pula mereka yang lebih mencintai filsuf eropa ketimbang Rosul-Nya, ada banyak perkara lain yang nasibnya sama seperti senja; Menjadi berhala.
 
Ada hari yang telah kita lewati dengan penuh caci maki, ada malam yang menjadi saksi tempat dimana kita merenungkan eksistensi atau malah melampiaskannya pada hasrat birahi, ada siang tempat dimana kita berinteraksi dengan orang lain demi sebuah modal sosial yang bernama relasi, ada masa dimana kita lemah tak berdaya, hampa tanpa gambaran masa depan sekalipun tetap saja kita pongah dan jumawa. Karena kita adalah manusia. Atau bahkan . . .

Ada masa dimana kita menemukan penjelasan bahwa takdir sejatinya bukan lagi sebuah MISTERI, melainkan sebuah perjalanan hidup yang dipenuhi dengan perjuangan dan kesabaran dalam menjalani kebosanan.

Selamat ulang tahun untuk diriku sendiri juga untuk kalian semua yang hari ini merayakan hal yang sama denganku. Dan tidak lupa terima kasih banyak teruntuk semua sahabat-sahabat yang telah memberi selamat dan lantunan do'a untukku. Semoga kebaikan kalian Alloh balas lebih dari apa yang telah kalian berikan padaku. Aamiin,,,


"UNGKAPAN RASA SYUKUR SERTA PERMOHONANKU UNTUK HARI INI"



Pertama-tama, , ,
Teruntuk raja semesta raya,

Dengan nama-Mu, yaa,,Allah aku berjuang untuk hidup, dimana hanya Engkaulah yang mampu memberi waktu dan hanya Engkaulah yang pantas mengambilnya kembali. Karena semuanya adalah milik-Mu, hingga wajiblah bagiku bersyukur atas apa yang telah Engkau beri kepadaku (manusia).

Selanjutnya, ,

Sejumput Makna, TV


Kebenaran itu sendiri, tak berkata, melalui kata-kata

Televisi sebagai Souvenir Dari Abad 21, inilah yang yang pernah menjadi materi di salah satu stasiun TV dan diulas dengan detail dari mulai awal pembuatan TV yang hitam putih sampai berwarna. Dari materi yang sangat sederhana sampai acara yang penuh dengan ideology, sesak dengan doktrinasi, menjejal di kepala sehingga kita hanya akan bisa ternganga semamput dibuatnya. Dari Film Charlie Chaplin yang bisu dan hitam putih, yang Kang Haji sendiri tidak mengetahui kapan dibuatnya, sampai film Fast and Furious 6 yang sampai saat sekarang belum pernah Kang Haji tonton.

Memang TV sekarang menjadi bahan pembicaraan baru dalam kajian kebudayaan.

TV sebagai salah satu ikon kemajuan sains dan teknologi. TV pula kadang kala dijadikan salah satu standard kemodernan. Pun kita sering mendengar mengenai isu TV ini, yang sedikit banyak menguraikan mengenai kejelekannya atau sisi negatif dari TV, dan jarang untuk menghindari kata tanpa, mengulas mengenai sisi positif dari keberadaan TV ini. Ataukah memang betul adanya bahawa dari ‘diri’ hanya terdapat kejelekannya saja.

Singkat kata TV itu nggak baik.